ummm.. kenapa ambil jurusan Kedokteran?

Helloo! Dikit cerita nih, awal cita-cita hingga akhirnya memilih masuk ke Kedokteran. Semoga cerita ini bisa membantu menemukan alasan kalian memilih Kedokteran juga ya.


Dimulai sejak SMA kelas 10 penjurusan, di keadaan gatau harus ngisi cita-cita menjadi apa. Beberapa 'moment of silent' membuat makin bingung. Jalan keluarnya aku tanya Ibu, Bapak, dan Kakak. Mereka menjawab, "yasudah tulis aja dokter, toh bisa dipikirkan lagi". Sebenarnya, aku tidak setuju dengan kata-kata tersebut, karna setiap apa yang kita tulis atau bicarakan adalah doa. Tapi, daripada aku bingung, yaudah aku mengisi tsb dengan alasan yang sudah sering dikatakan orang-orang. Waktu berjalan, akhirnya pengumuman penjurusan diumumkan dan Alhamdulillah ditempatkan di jurusan MIPA. 

Hari demi hari di tahap putih abu-abu ini hampir usai, kesalahanku adalah tidak memikirkan aku ingin menjadi apa selanjutnya. Terlalu sibuk dengan sekitar hingga lupa tujuan. Terjun dalam bidang photography dan jurnalistik adalah hal yang sangat menyenangkan tetapi, hal tersebut terlalu menyita fokusku. Baik, saat itu aku menyadari saatnya berbenah kedepannya. Masih terombang-ambing dengan tujuan membuatku malas untuk rajin berangkat bimbel bahkan jaraknya tidak jauh dari rumah, hal tsb yang merupakan sebuah kesalahan yang buat menyesal. Tapi, sudahlah. Semakin dekat dengan pendataan untuk snmptn, aku ingin mewujudkan alasanku masuk jurusan MIPA, dokter. Sebagai orang yang realistis dengan kenyataan nilai tidak pada urutan tertinggi, akhirnya cari aman mengambil jurusan Kedokteran Gigi. Ya. Kedokteran Gigi, pilihanku dikarenkan minder ambil Kedokteran. Sudah diyakinkan oleh guru BK, teman-teman, bahkan orangtua, sangat yakin dengan hasil yang positif hingga aku lengah menghadapi persiapan tes-tes yang ada didepan.

Sore itu, bersama teman akrabku. Tak terduga, merah. Iya. Negatif, hancur berkeping-keping. Sedih? Pasti. Dua hingga tiga hari tanpa senyum, yang lalu ada sosok yang datang dan pastinya buat aku bangkit. Terimakasih buat kamu. Semoga sehat selalu. Mulai rajin mengikuti bimbel dan tes-tes swasta. Masih minder dengan hasil kemarin, alhasil tak berani ambil Kedokteran semua. Tertarik dengan beberapa jurusan seperti Pertambangan, Geologi, Teknik Industi, etc. Tapi, lagi-lagi 'moment of silent' membuat aku bertanya-tanya, apa sebenarnya tujuan dari pilihanmu itu? Yak. Aku mengakui, aku memilih jurusan-jurusan itu dengan dalih akan dapat menunjang penghasilan, tanpa memikirkan hal yang lain. Aku sadar, memang itu tidak salah tetapi aku merasa bersalah jika tujuanku itu, banyak sekali jalan gimana caranya aku bisa lebih bermanfaat untuk orang banyak. Nyatanya banyak sekali orang yang perlu dibantu disekitar kita. Pertimbangan kedua, alhamdulillah dilahirkan dikeluarga yang tercukupi, semoga selalu begitu aamiin, membuat aku berfikir dengan persiapanku yang tidak banyak dan orangtua mendukung boleh juga mencoba dua universitas swasta di Jogja. Tidak semudah itu,  4x gagal. Sebelumnya, ada tes SBMPTN yang mungkin sebelumnya aku membuat beberapa kesalahan besar, dan mungkin Allah menunjukkan aku jalan yang benar. Alhamdulillah, tes yang ke 5 atau yang ke 2 di satu universitas negeri swasta itu membuat aku diterima. Entah, aku tidak bisa disini sekarang tanpa pertolongan Allah. Sungguh, aku sangat bersyukur. Sumbangan yang sekian ratus juta, sepakat kita niatkan untuk benar-benar menyumbang, ikhlas. Alhamdulillah, sudah berjalan dua semester dan bertemu denga orang-orang yang baik yang mengarahkanku di jalan yang baik-baik. 

yang terpenting adalah, perbaiki niat di awal lalu kuatkan niat dan usaha, setelah itu serahkan kepada Allah swt. Semangat untuk calon-calon sejawatku. Mungkin, menjadi bermanfaat untuk masyarakat orang bagi beberapa orang tidak hanya lewat menjadi dokter. Ya, aku setuju. Tetapi, inilah jalan yang kupilih. Jangan patah semangat, semoga selalu terjaga dalam semangat yang tinggi, teman!


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Saya dulu juga pengen dokter, bu. Tapi nilai biologi tak pernah tinggi. Ya gmn lagi

    BalasHapus

Posting Komentar