Pre-clinic versus clinical life

Sudah lama sekali tidak membuka blog ini. Banyak sekali perubahan terhadap diriku, baik secara fisik dan mental.

Saya memulai kehidupan pendidikan klinik atau yang sering disebut coass sejak September 2022, setelah menganggur selama 3 bulan untuk menunggu kepastian dari kampus yang kurang jelas. Terhitung hingga hari ini, sudah menjalani 9 stase yang cukup melelahkan dan menguras tenaga. Berikut adalah review dari kegiatanku.

    Waktu yang tidak jelas. Sangat berbeda dengan preklinik, dimana kita bisa mengatur dan membuat jadwal setelah kegiatan-kegiatan selesai. Saat koass, jam jaga tidak pasti dari 1 shift saja hingga 4 shift alias 32 jam, bimbingan apa lagi. Kita harus menunggu selesainya kegiatan dari konsulen-konsulen yang juga waktu mereka sangat padat. Waktu yang tidak jelas ini membuat kegiatan lain juga terhambat. Banyak kegiatan saat preklinik dapat dilakukan selain yang berkolerasi dengan bidang kedokteran, tetapi saat klinik tidak bisa. Karena memang waktu tidak se-jelas itu. 

    Tenaga sangat terkuras. Saat klinik, kita tidak hanya membantu dokter, tetapi kita juga menjadi mahasiswa di bangsal dan harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang mungkin tidak seharusnya kita kerjakan (jika kita mau mempermasalahkan), tetapi namanya belajar semua dikerjakan karena keinginan untuk menambah pengalaman meski hanya mengganti infus. Jam jaga yang berlebih membuat kelelahan dan tidak adanya waktu untuk belajar. Banyak mahasiswa klinik memilih untuk beristirahat dibandingkan belajar. Apakah hal tersebut bijak? bijak ketika memang tubuh membutuhkan istirahat. Belajar tidak hanya dilakukan di rumah atau di kost duduk diam, konsep belajar pada pendidikan klinik ini "dimana saja" dan "apapun".

    Goals yang tidak menentu. Mungkin hal ini berbeda tiap universitas pemangku. Tetapi, saat preklinik kita terbiasa diberikan LO yang ingin dipelajari dan apa yang akan dicapai. Meskipun saat klinik mempunyai buku yang bernama logbook untuk mencatat pencapaian, tetapi hal tersebut tidak selalu berjalan lancar. Tidak semua dokter pendidik mempunyai waktu yang banyak dan pengabdian kepada mahasiswanya, hal tersebut bisa menjadi maklum. Adanya perbedaan rumah sakit sebagai homebase juga mempengaruhi luaran dari calon dokter tersebut, saran saya pilihlah rumah sakit yang banyak kasus untuk mempersiapkan kita untuk perjalanan selanjutnya. Disini kalian harus belajar sendiri, jangan berharap pembimbing klinik akan mengajari dari awal, karena konsepnya kalian telah mendapatkan teori dari perkuliahan saat S1. Banyak-banyaklah membaca teori-teori yang ada, meskipun antara teori dan realita banyak perbedaan, tetapi dengan dasar yang kuat akan menumbuhkan terapi yang sesuai dan tidak hanya "katanya". 

   Waktu main atau me time? jelas tidak ada. Walaupun ada libur diantara stase tetapi hal tersebut merupakan liburan yang semu. Kenapa semu? karena sudah terbayang banyang oleh stase berikutnya, entah masalah pembuatan jadwal jaga atau pemindahan barang-barang jika ada stase luar. Belum jika masih ada tanggungan dari stase berikutnya. Tetapi, lambat laun kita akan menyadari bagaimana cara menyempatkan main pada waktu yang aman. 

    SETELAH BANYAK NGELUHNYA, BANYAK JUGA SISI POSITIFNYA. Terpapar oleh pasien secara langsung, apalagi pada RS pendidikan dimana banyak pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan panduan yang ada. Kapan lagi mempraktekan keilmuan yang dilindungi oleh dokter pembimbing klinik?? Sungguh, amal jariyah beliau sangatlah banyak. Selain itu, bisa mengetahui bagaiaman sikap-sikap pasien dan tenaga kesehatan yang nantinya kita akan bekerjasama. Banyak teman baik dengan teman sejawat maupun tenaga kesehatan lain. Banyak pengalaman-pengalaman yang menambah maturitas emosional dan perilaku untuk mempersiapkan kehidupan kedepannya. Untuk kalian yang menuju koas, janganlah takut. Sudah tabrak saja apa halangannya, kalian pasti bisa!

    

Komentar