Chaos moment...

Bismillah.

Alhamdulillah semester dua sudah cukup terjalani. But, eits. Akhir-akhir ini merasa tidak fokus. Beberapakali 'moment of silent' udah ngebunuh jiwa kuatku wkwk. Tiba-tiba nangis, dan jadi insecure. Dari extrovert jadi introvert perubahan yang melelahkan. Temen bilang, "Punya perasaan itu melelahkan", aku tidak mengelaknya. Sadly, hal itu memang benar. Iya, ini tentang perasaan.

1,5 tahun, right? susah melepaskan.
Kenapa dilepaskan? takut. Takut dengan ekspetasi diri sendiri.

Berberapa orang yang kenal aku dan doi pasti, "kenapa? kan dia baik? dia sering kasih kamu bunga. dia sering ajak kamu main juga kan". "IYA DIA BAIK", kataku dengan lantang. Semua percakapan hanya berakhir seperti itu. Entah, sulit mendiskripsikan ini. Terlepas dari aturan,  punya relationship bukanlah hal yang buruk, menyenangkan malah. Ada temen jalan, makan, dan do a stupid things. Tapi, gimana kalo kita besok pisah? gimana kalo kita besok ga sama-sama lagi? apakah itu tidak menyakitkan? Aku tidak mau menggantungkan apapun yang tidak pasti, untuk sekian kalinya. Melepaskan adalah caranya.

Melepaskan bukanlah hal buruk juga, tapi cukup menyedihkan. Hingga sedih itu kills me slowly. Kali pertama banget aku gamau curhat ke siapa-siapa, lebih memilih diam dan menangis. Oh, akhirnya aku tau gimana jadi orang yang gamau curhat ke orang, sedih. Tidak salah bila beberapa orang memilih menyakiti dirinya sendiri, memang sesakit itu. Tau ga yang susah itu apa? Pas kamu gabut dan keinget dia rasanya pgn chat, tapi ngerasa bukan siapa siapanya. Hati pun ikut jadi lemah. Kena perkataan dikit aja bikin lengah, padahal perkataan yang ada itu wajar.
"Kok gitu?"
"Emang kita bisa?"
"Hahaha. Cuman gitu"
"Gausah ikut, yang ikut udah banyak."
dan lain-lain yang aku gamau nginget itu.

Parahnya saat dibenturkan dengan kegiatan yang buat aku ga aktif, terus ngerasa "apasih gaguna" sampai sekarangpun aku masih terngiang-ngiang. Nangis pas liat temen-temen bisa aktif. Imbasnya, vakumnya aku didunia tulis-menulisku, menjauhi teman, ngerasa ga cocok sama temen baru, pengen sendiri mulu, dan kurang produktif. Lalu bagaimana bisa bangkit? susah. butuh waktu lama. 

Setelah kira-kira sekitar sebulan lebih, dikit-dikit tersadar. Emang ga semudah itu, tapi aku tau dan aku yakin pasti ada sisi positifnya. Sisi positif yang pertama aku dapet adalah semakin deket dan sering interaksiku dengan keluarga dan mengetahui masalah-masalah di diriku. Alhamdulillah, banyak orang yang support entah mereka mengiranya tentang apa, tapi aku senang. Aku sayang kalian semua teman-temanku. Maaf banget buat kalian yang pernah aku cuekin, pernah ga aku anggep ataupun yang lain. Setiap kata kalian yang ingin buatku tertawa/senang, kalian lah yang membangkitkanku. Setelah itu, mulai berani curhat ke beberapa teman. Alhamdulillah, mereka selalu support. Hal itu yang buat aku bangkit menjadi kuat lagi atas perkataan, maupun kondisi yang aku hadapi saat ini. Kembali lagi menjadi extrovert yang periang. Jangan lupa tebarkan senyum tiap hari, it'll boost your day. Dengan mereka membalas senyuman, cukup bagiku mengerti bahwa mereka tidak benci aku dan  menganggapku ada. 

Pada intinya yang mau aku sampaikan, bahwa kebahagiaan tidak berasal dari orang lain melainkan  tercipta dari dirimu sendiri. Memang orang lain hanya bisa membantumu untuk bangkit, tapi inti dari kebahagiaan itu sendiri ada didirimu. Tetaplah menjadi dirimu sendiri dan terus menjadi lebih baik. Terimakasih yang sudah membaca, semoga bisa mengisi waktu luang kalian! 😘

Komentar

  1. Makasih pengalamannya yang sangat menginspirasi kak <3 selalu tebarkan hal hal baik bagi orang lain. Ditunggu cerita selanjutnyaaa

    BalasHapus

Posting Komentar